CERITA MITOS DEBATA MULAJADI NA BOLON

Debata Mulajadi Nabolon

Setelah Debata Mulajadi Nabolon selesai menciptakan tempat dan segalanya yang lain, dan yang diciptakannya telah ramai, oleh karena itu ia menyuruh Leangleangmandi untunguntung na bolon untuk memanggil Siborudeadparudjar untuk pulang ke langit ke tujuh. Karena Mulajadi Nabolon mengerti dan memahami bahwa Siborudeakparudjar sendiri amat kesepian dan terasing tinggal di bumi yang ia ciptakan itu.
Ketika perintah dari Debata Mulajadi Nabolon itu disampaikan oleh Leangleang mandi, maka Siborudeakparudjar hanya berkata, Baca lebih lanjut

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI MATA DUNIA

BAHASA INDONESIA SEBAGA BAHASA KEDUA NASIONAL DI VIETNAM

Jumat, 12 Juni 2009 | 23:52 WIB

JAKARTA, kompas..com–Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kata seorang diplomat Indonesia. Baca lebih lanjut

PUISI – Melankolis

Melankolis
Oleh M. Hisyam Kudadiri

Menjelang petang
Beringin Tua akan tumbang
dari dada
Garuda Pancasila

ketika nusantara
tenggelam euforia

Indonesia lusuh
akan saling membunuh

Sastra

Bokkor Hutasahut “Penakluk Ujung Dunia”

Bokor Hutasuhut lahir di Balige, 2 Juli 1934 adalah sastrawan Indonesia. Dalam dunia sastra Indonesia, Ia Angkatan 50-an.Cerpen-cerpen yang dibukukan dalam kumpulannya Datang Malam (1960). Ia pun menerbitkan dua buah roman yaitu Penakluk Ujung Dunia (1964), dan Tanah Kesayangan (1965). Penakluk Ujung Dunia dikerjakannya kembali dari sebuah cerita rakyat Batak. Tanah Kesayangan merupakan sebuah roman yang mengambik jaman penjajahan Jepang sebagai latar belakangnya. Baca lebih lanjut

Sastra

Mengenal Yulia Kristeva

Julia Kristeva lahir di Bulgaria 24 Juni 1941 adalah seorang Bulgaria namun dikenal juga sebagai filsuf Prancis, kritikus sastra, psikoanalis,penganut teori feminis. Baru-baru ini, novelis, yang telah tinggal di Perancis sejak pertengahan 1960-an. Kristeva menjadi sosok internasional yang berpengaruh dalam analisis kritis, teori budaya dan feminisme pertama setelah penerbitan buku “Semeiotikè” tahun 1969. Dia juga aktif menulis di bidang linguistik, teori dan kritik sastra, psikoanalisa, biografi dan autobiografi, analisis politik dan budaya, seni dan sejarah seni. Bersama-sama dengan Roland Barthes, Todorov, Goldmann, Gérard Genette, Levi-Strauss, Lacan, Greimas, dan Althusser, ia berdiri sebagai salah satu sosok yang terpenting structuralis, pada waktu itu ketika strukturalisme mengambil tempat utama dalam sastra. Karya-karyanya juga memiliki tempat penting dalam pasca strukturalis. Baca lebih lanjut

Serba Sastra

Antara Si Boru Tombaga dengan Habis Gelap Gerbitlah Terang
Tanggal 21 April kita senantiasa memperingati hari Kartini, yang mana hari itu adalah hari istimewa bagi setiap wanita di Indonesia, walau kenyataanya tidak demikian. Dalam perjalannya wanita Indonesia pada dasarnya telah menemukan apa yang namanya emansipasi wanita, baik kesetaraan gender dalam bidang karir, politik dan lain sebagainya, walau pada kenyataanya ada hal-hal mendasar yang menjadi unsur kodrati dari wanita yang tidak bisa diberikan suatu yang namanya emansipasi. Baca lebih lanjut

Pantun

Pantun Cinta

Lari pagi mencari mentari
Mentari datang dari timur,
Hati kamu selalu kucari
Walau badan kan hancur lebur.

Dari sawah datangnya lintah
Lintah bercampur dengan pacat,
Jika kamu tak menjaga lidah
Alamat hubungan kita bisa cacat.

Lebah berdengung mencari madu
Madu manis dari bunga kenari,
Aku lelah menanggung rindu
Dari tahun ke tahun untuk si jantung hati.

Cerpen – TIRTA

TIRTA
Oleh M. Hisyam Kudadiri

Namaku Tirta. Aku adalah kehidupan. Wujudku selalu berubah. Kadang-kadang menggantung di awan mendung. Sesekali menerjang bersama gerimis. Pernah juga membeku menjadi tumpukan salju. Tapi jumlahku senantiasa tetap. Tempatku saja yang berpindah-pindah.

Hari itu hujan amat panjang. Aku mengalir. Menelusup ke bambu-bambu pancuran air milik warga desa. “Ah… hujan terus harinya. Mencuci sih enak, airnya banyak. Tapi menjemur? Huuuhh!!!” keluh seorang ibu ketika aku memasuki ember cuciannya. Aku mengalir. Kali ini memancur ke kamar mandi sebuah surau. “Tuhan! Sungguh hujan ini adalah rahmat. Jangan Kau menjadikannya musibah!” doa seorang kiai tua ketika selesai membasuh wajahnya dengan aku. Aku tak habis pikir, kenapa orang-orang di tempat ini sering sekali memuja Tuhan. Berbeda denganku. Menurutku, Tuhan tak adil. Unsur-unsur lain Dia ciptakan menjadi makhluk-makhlukNya yang hebat. Cahaya, Dia rajut menjadi malaikat. Api, Dia kobarkan menjadi iblis. Lalu tanah, dengan tanganNya sendiri, Dia ciptakan menjadi manusia, sang khalifah di muka bumi. Sementara aku? Aku tak pernah menjadi unsur utama. Aku Cuma pelengkap. Tak lebih.

Aku bersiap-siap mengalir bersama hujan. Aku sudah begitu membeku di awan hitam. Hanya tinggal menunggu titik kulminasi. “Duaaarr…” langit bergemuruh. Aku turun dan jatuh di sebuah sungai. Perjalanan terasa amat panjang. Aku tersedot pipa-pipa perusahaan air ledeng. Diputar-putar entah beberapa kali. Lalu disalurkan ke sebuah hotel. Kemudian aku tak sadarkan diri. Yang kutahu, mereka menjadikan tubuhku begitu panas. Lalu mencampurku dengan beberapa sendok bubuk putih dan butiran-butiran kristal manis hingga aku mengental.

“Mas Herman! Bukankah Mas mencintaiku?”

“Ya, sangat, Shinta sayang.”

“Lalu, kenapa tidak Mas nikahi saja aku?”

“Sudahlah. Tak perlu membicarakan hal itu. Yang penting aku selalu memberi uang yang banyak kepadamu, bukan?”

“Ah… Mas tahu saja.”

Dari dalam gelas, aku menyaksikan dengan sangat jelas dialog kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu. Aku juga tahu kalau mereka adalah pasangan selingkuh. Aku tak habis pikir, kenapa mereka dan pasangan-pasangan manusia lainnya doyan sekali bersetubuh. Bukankah itu hanya menggesek-gesekkan beberapa bagian tubuh mereka saja antara satu dengan yang lain. Lalu, apa enaknya? Entahlah. Apa mungkin karena Tuhan memberikan nafsu kepada mereka, sedangkan kepadaku tidak? Sekali lagi, aku berpikir kalau Tuhan memang tak adil.

“Ayo, Mas! Minum dulu susunya!”

“OK, Sayang. Tapi setelah itu, kita beraksi, ya?”

Bangsat! Mereka meninumku seperti setan kehausan.

***

Baca lebih lanjut

Puisi Suara Hati

Puisi suara hati

oleh : Texasindo_team
Kala semua semakin meninggi akan ego,
kala semua semakin dalam akan segala hal yang bersifat pribadi,
kita tak menyadari bahwa kita telah jauh meninggalkan jejak langkah yang bernama kejujuran.
Lihat… semua menjadi tuli, meskipun mereka tidak memiliki telinga kuali.
Lihat.. semua menjadi bisu, meskipun mereka tidak memiliki mulut laut mati
yang hanya menerima tapi tak mampu memberi.
Lihat segala janji yang diobral,
membawa lambang kesucian
membawa lambang persaudaraan
membawa lambang kedamaian
membawa lamabang kepedulian
tapi ketika mereka telah merengkuh segalanya,
yang ada hanya satu hal
”sampah”
mereka menjadi egois
dengan apa yg telah mereka rengkuh
segala janji yang dulu ada
kini menjadi ”sampah”
yang meskipun terlihat
pemulung tak sudi lagi untuk mengambilnya.

Cerpen – Pengakuan Salah Satu Maniak

Pengakuan Salah Satu Maniak.

Oleh : texasindo_team

Aku adalah seorang mahasiswa yang boleh dikatakan masih bertingkah seperti anak-anak, bayangkan saja aku masih menyukai film manga Jepang seperti Naruto, Bleach, Dragonball, walau memang film-film Box Office tidak pernah kulewatkan sekalipun membeli kaset film bajaknnya atau lihat resensinya di internet, jadi ketika ada pembicaraan tetang film baru, aku tidak terkesan katrrok bahkan tak jarang aku menjadi sok tahu., dan film animasi dan masih bayak lagi hal lain yang tidak mungkin kujelaskan satu persatu, mungkin aku malu, tapi percayalah, aku tidak pernah maen masak-masakan, boneka barbie, oh hal itu sungguh kebangetan. Tapi memang tak bisa dipungkiri, bahwa manusia tidak akan pernah lari dari sifat anak-anak meskipun ia beranjak dewasa, itu sudah takdir, itu sudah hal yang wajar.

Aku sama seperti para pria yang ada di dunia ini, yaitu suka mengikuti dan gemar menghadapi apa saja yang berhubungan dengan kompetisi atau persaingan, tapi jika anda mengatakan persaingan dalam cinta, itu lain lagi masalahnya.
“ Oi, tape… jadi gak kita maen!!!?” Panggil Ory dari kejauhan sambil meneriakkan julukanku.
Baca lebih lanjut